SISTEM SENSORI*
A.
Tujuan:
1.
Mengetahui
letak reseptor sensorik pada organ sensorik.
2.
Mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja reseptor sensorik.
B.
Dasar
teori
Alat indra adalah alat-alat
tubuh yang berfungsi mengetahui keadaan luar. Alat indra manusia sering disebut
panca indra, karena terdiri dari lima indra yaitu indra penglihat (mata), indra
pendengar (telinga), indra pembau/pencium (hidung), indra pengecap (lidah) dan
indra peraba (kulit)
(Chambell, 2004).
1. Indra
Penglihat (Mata).
Mata adalah indera yang digunakan untuk melihat
lingkungan sekitarnya dalam bentuk gambar sehingga mampu dengan mengenali
benda-benda yang ada di sekitarnya dengan cepat.Mata merupakan indra penglihat
yang menerima rangsang berupa cahaya (fotooreseptor).
2. Indra Pendengar (Telinga)
Telinga adalah alat indra yang memiliki fungsi
untuk mendengar suara yang ada di sekitar kita.Telinga merupakan indra
pendengaran yang menerima rangsang berupa suara (fonoreseptor). Selain berungsi sebagai indra pendengaran, telinga
juga sebagai alat keseimbangan.
3. Indra Pembau (Hidung)
Hidung
adalah indera yang kita gunakan untuk mengenali lingkungan sekitar atau sesuatu
dari aroma yang dihasilkan. Serabut-serabut saraf penciuman terdapat pada bagian
atas selaput lendir hidung. Serabut-serabut olfaktori berfungsi
mendeteksi rangsang zat kimia dalam bentuk gas di udara (kemoreseptor).
4.
Indra Pengecap (Lidah)
Lidah
adalah alat indera yang berfungsi untuk merasakan rangsangan rasa dari makanan
yang masuk ke dalam mulut kita. Bagian
lidah yang berbintil-bintil disebut papila adalah ujung saraf pengecap. Setiap
bintil-bintil saraf pengecap tersebut mempunyai kepekaan terhadap rasa tertentu
berdasarkan letaknya pada lidah. Pangkal
lidah dapat mengecap rasa pahit, tepi lidah mengecap rasa asin dan asam serta
ujung lidah dapat mengecap rasa manis.
5. Indra
Peraba (Kulit)
Kulit
adalah alat indera kita yang mampu menerima rangsangan temperatur suhu,
sentuhan, rasa sakit, tekanan, tekstur, dan lain sebagainya. Pada kulit terdapat reseptor yang peka
terhadap rangsang fisik (mekanoreseptor). Kulit berfungsi sebagai alat
pelindung bagian dalam, misalnya otot dan tulang; sebagai alat peraba dengan
dilengkapi bermacam reseptor yang peka terhadap berbagai rangsangan; sebagai
alat ekskresi; serta pengatur suhu tubuh.
Terdapat berbagai bentuk impuls yang dapat diterima
oleh indra, yaitu:
1.
Rangsang Kimia diterima oleh Kemoreseptor
Pada proses penerimaan rangsang kimia (kemoresepsi), terjadi interaksi
antara bahan kimia dengan kemoreseptor membentuk kompleks bahan
kimia-kemoreseptor. Kompleks tersebut
mengawali proses pembentukan potensial generator pada reseptor, yang
akan segera menghasilkan potensial aksi pada sel saraf sensoris dan sel
berikutnya sehingga akhirnya timbul tanggapan (Villee, 1999).
2.
Rangsang Mekanik diterima oleh Mekanoreseptor
Proses peneriman rangsang mekanik dinamakan
mekanoresepsi. Mekanisme mekanoresepsi adalah sebagai berikut; Rangsang mekanik
yang menekan reseptor menyebabkan membrane mekanoreseptor meregang. Peregangan
membrane mekanopreseptor tersebut menimbulkan perubahan konformasi protein
penyusun pintu ion Na+. Pintu ion Na+ terbuka diikuti
terjadinya perubahan elektrokimia yang mendepolarisasikan mekanoreseptor (campbell, 2004).
Mekanoresepsi memiliki reseptor untuk menerima
rangsang tekanan, suara, dan gerakan. Bahkan insekta juga
mempunyai mekanoreseptor pada permukaan tubuhnya, yang dapat memberikan
informasi mengenai arah angin, orientasi tubuh saat berada dalam ruangan, serta
kecepatan gerakan dan suara. Variasai reseptor akan akan tampak semakin jelas
apabila kita mengalami mekanoreseptor pada vertebrata (Subowo,
1992).
3.
Rangsangan Suhu diterima oleh Termoreseptor
Termoresepsi adalah proses mengenali suhu tinggi
dan rendah serta perubahan suhu lingkungan. Peningkatan suhu secara ekstrem
akan mempengaruhi struktur protein dan enzim sehingga tidak dapat berfungsi
secara maksimal. Hal ini dapat mengganggu penyelenggaraan berbagai
reaksi metabolik yang penting dalam tubuh spesies.
(Wijaya, 2007)
4.
Rangsang
Cahaya diterima oleh fotoreseptor
Tanpa adanya cahaya kehidupan akan gelap gulita.
Ini sama pentingnya dengan keberadaan inra untuk menangkap cahaya. Mulai
mikroorganisme dan makroorganisme ternyata juga dapat mendeteksi cahaya.
Struktur fotoreseptor berfariasi, dari yang paling sederhana berupa eye-spot
hingga struktur yang rumit dan terorganisasi dengan baik seperti yang dimiliki
vertebrata (Dellmann & Esther, 1992)..
C.
Alat,
Bahan dan Cara Kerja
Pada praktikum ini, terdapat empat kelompok
yang melakukan serangkaian uji sistem sensori yang berbeda pada tiap
kelompoknya. Pembagian uji ini sebagai berikut:
a.
Kelompok 1 (Satu)
1.1 Pengecap
I.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan adalah cotton bud, cawan petri, gelas
kimia, sapu tangan, tissue/ kapas dan bahan-bahan yang digunakan, yaitu larutan
NaCl (asin), larutan asam, larutan glukosa (manis), larutan kopi tanpa gula
(pahit), larutan masako/royco (gurih), air putih.
II.
Cara Kerja
Peta
rasa pada lidah
1)
Gusi
dan lidah dibersihkan terlebih dahulu dari sisa-sisa makanan dengan berkumur,
kemudian lidah dibersihkan dengan tissue/ kapas agar tidak basah oleh air
ludah.
2)
Cairan
dituangkan pada cawan petri dan cotton bud direndam pada tiap larutan.
3)
Mata
praktikan ditutup, agar praktikan tidak mengetahui larutan apa yang
dipergunakan.
4)
Cotton
bud disentuhkan disentuhkan pada tempat-tempat pusat pengecap. Tanyakan: apakah
pada daerah yang disentuh merasakan rasa larutan tertentu (sesuai atau tidak
dengan macam larutan yang dicobakan).
5)
Bila
jawaban praktikan sesuai dengan larutan yang dicobakan, maka pada gambar lidah
diberi tanda + dan bila tidak sesuai
diberi tanda –
6)
Intensitas
rasa ditentukan pada setiap tempat mana yang disentuhkan dengan tanda – (tidak
terasa), + (kurang terasa), ++ (terasa), dan +++ (sangat terasa).
7)
Percobaan
diulangi dengan cotton bud yang lai sesuai larutannya.
8)
Percobaan
diulangi pada orang lain dengan cotton bud yang berbeda. Kemudian dibandingkan
hasilnya.
9)
Peta
rasa pada pada lidah dibuat sesuai dengan pecobaan yang dilakukan.
Pengaruh suhu pada kepekaan reseptor rasa.
1)
Cotton
bud disentuhkan pada tempat tertentu dilidah. Dicatat waktu yang diperlukan
untuk merasakan rasa.
2)
Kumur-kumur
dengan air putih. Ambil es batu dan kulum selama 5 detik.
3)
Cotton
bud disentuhkan pada tempat yang sama , dicatat waktu yang diperlukan untuk
merasakan rasa tersebut.
1.2 Pembau
I.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan adalah syringe 2,5 ml , sapu tangan, kapas
dan bahan-bahan yang digunakan, yaitu bawang merah/bawang putih, jahe, kencur,
minyak cengkih.
II.
Cara Kerja
1)
Praktikan
tidak boleh flu/pilek
2)
Mata
yang bersangkutan ditutup
3)
Bahan
uji yang telah dipotong salah satu sisinya diambil untuk sensor pembau.
4)
Didekatkan
bahan ke lubang hidung satu sisi, sedangkan sisi lubang hidung yang lain
ditutup dengan kapas, agar yang membau hanya satu sisi saja. Kemudian praktikan
membau/menghirup. Tanyakan bau apa yang dibaunya. Hasilnya dicatat, setelah itu
posisikan sisi potongan dibalik dan disuruh menghirup lagi. Tanyakan bau apa
yang dibaunya dan mana yang lebih bau
pada posisi pertama atau posisi kedua. Dibandingkan dan dicatat hasilnya.
5)
Percobaan
diatas diulangi dengan bahan yang lain.
6)
Lubang
hidung yang satu ditutup dengan kapas dan yang satu tetap terbuka.
7)
Bahan uji diambil
yang telah dipotong ujungnya
8)
Bahan uji didekatkan
dengan sisi potongan dekat pada hidung yang terbuka.
9)
Diulangi hal ini
berkali-kali sampai tidak lagi membau bahan tersebut.
10)
Nilai Olfactory
Fatigue Time (OFT) dihitung, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk mencapai ketidakpekaan (kelelahan)
pembau, artinya sampai tidak lagi dapat membau sesuatu. Ulangi 3X, kemudian
hitung reratanya.
11)
Dihitung Olfactory
Recovery Times (ORT), yaitu waktu
yang dibutuhkan untuk kesembuhan pembau, artinya sampai dapat membau kembali.
Ulangi 3X, kemudian hitung rata-ratanya
12)
Semua percobaan diulangi
diatas dengan praktikan yang lain dan dibandingkan hasilnya.
b.
Kelompok 2 (Dua)
2.1 Hubungan Pengecap dan Pembau
I.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan adalah tusuk gigi, pisau, kapas/tissue,
sapu tangan dan bahan-bahan yang digunakan, yaitu bengkoang, kentang, apel, air
putih.
II.
Cara Kerja
1)
Mata praktikan ditutup
dan hidungnya ditutup dengan sapu tangan.
2)
Lidah
dibersihkan dengan kapas atau tissue.
3)
Letakkan
sekerat bahan, secara bergantian. Tanyakan, apa yang dirasakan setiap kali
bahan diletakkan di lidah, dan tanyakan juga apakah ia dapat membau atau
mengecap.
4)
Diulangi percobaan
2X pada praktikan yang sama dan ulangi percobaan untuk praktikan yang lain.
Dibandingkan !
2.2 Reseptor Panas Dingin
I.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan adalah penggaris, jarum pentul, gelas
kimia, spidol dan bahan-bahan yang digunakan, yaitu air hangat dan air dingin.
II.
Cara Kerja
1)
Kotak
sepanjang 28mm dibuat dan dibagi dalam 14 kotak pada tangan bagian dorsal.
2)
Jarum
dimasukkan ke dalam gelas kimia yang berisi air hangat dan jarum lain pada air
dingin.
3)
Ditunggu lima
menit, sentuhkan sebentar masing-masing jarum itu ke dalam kotak bujur sangkar
pada praktikan secara berurutan.
4)
Untuk
mempertahankan suhu jarum, dimasukkan lagi
jarum ke gelas kimia.
5)
Hasilnya dicatat,
tanda + untuk kotak yang merasakan dan tanda – untuk kotak yang tidak
merasakan.
6)
Percobaan diulangi untuk tangan bagian ventral pada praktikan yang sama.
c.
Kelompok 3 (Tiga)
3.1 Pengaruh Dingin Terhadap Rasa Sakit
I.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan adalah jam/stopwatch, tissue dan bahan
yang digunakan adalah es batu
II.
Cara Kerja
1)
Praktikan
duduk dan telapak tangannya medatar diatas meja.
2)
Telapak
tangannya dicubit dengan intensitas sedang hingga dia mulai sakit dan meneruskan
hingga dia tidak merasakan sakit/nyeri.
3)
Cubitan diulangi
pada tempat yang tadi setelah membiarkan praktikan beberapa saat.
4)
Diusap es dengan
gerakan memutar sekitar daerah itu dan keringkan dengan tissue.
5)
Dicatat waktu
begitu ia tidak merasakan sakit.
6)
Es diusap tetapi pada
daerah terdekat dengan area cubitan tadi
7)
Dilakukan pada
telapak tangan yang lain.
8)
Dilakukan pada praktikan
yang lain. Dibandingkan !
3.2
Kepekaan Sentuhan
I.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan adalah sapu tangan, spidol, penggaris,
jangka.
II.
Cara Kerja
1)
Praktikan
ditutup matanya dan salah satu lengannya diletakkan di atas meja.
2)
Kaki
jangka diletakkan pada jarak 3 cm dan sentuhkan dengan tekanan ringan kedua
kaki jangka tadi secara bersama-sama pada bagian ventral lengan bawah
praktikan. Jika ia merasakan dua titik maka jarak kedua kaki jangka diperkecil,
sebaliknya bila praktikan bila praktikan merasakan satu titik maka jarak kedua
kaki diperbesar.
3)
Dilakukan
sedikit-demi sedikit hingga memperoleh jarak terpendek yang masih dirasakan dua
titik oleh praktikan.
4)
Data
yang diperoleh dicatat
5) Ulangi pada praktikan yang lain.
6)
Ulangi
kegiatan di atas pada lengan bawah bagian dorsal, telapak tangan bagian ventral
dan dorsal, ujung jari tangan kiri dan tangan kanan, dahi, pipi, tengkuk dan
bibir.
d.
Kelompok 4 (Empat)
4.1 Bintik Buta
I.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan adalah mata uang logam 5 buah, kertas
karton, penggaris.
II.
Cara Kerja
1)
5 buah
mata uang logam disusun berdiri lurus ke belakang dengan jarak masing-masing
8mm.
2)
Salah satu mata ditutup dengan karton tebal. Sedangkan mata yang satunya tertuju pada
bagian tengah dari uang logam yang terdepan.
3)
Ditanyakan, berapa banyak
uang logam yang tampak? Uang logam yang tidak kelihatan? Jarak mata uang itu ke
mata merupakan jarak benda yang bayangannya jatuh pada bintik buta.
4) Dicoba mengubah
(diperbesar/diperkecil)
jarak antar mata uang logam itu, bagaimana hasilnya? dibandingkan!
5) Mata
yang sebelah lagi diuji juga! dan diulangi
pada praktikan yang lain.
4.2
Reflek Pupil Terhadap Intensitas Cahaya
I.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan adalah penggaris, sapu tangan, senter
II.
Cara Kerja
1)
Diameter pupil
praktikan diukur dan dicatat, dengan
meletakkan penggaris dibawah salah satu matanya.
2)
Praktikan
diminta untuk memejamkan mata dan ditutup dengan tangan atau saputangan sedang
penggaris tetap dipegang.
3)
Praktikan diminta membuka matanya secara mendadak, hasilnya
dibandingkan.
4)
Praktikan
diminta kembali untuk memejamkan matanya. Akan lebih baik hasilnya apabila
praktikan berada di tempat gelap.
5)
Praktikan disuruh membuka matanya, secara mendadak mata diterangi
dengan senter, diameter pupil diukur
6) Cahaya
lampu senter diarahkan sesaat ke mata praktikan. Keadaan
pupil dicatat. dicatat seberapa cepat pupil melebar? Seberapa cepat pupil kembali ke
keadaan semula?
7)
Percobaan diulangi pada
praktikan yang lain dan dibandingkan hasilnya.
4.3
Reflek Pupil Terhadap Akomodasi Mata
I.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah penggaris.
II.
Cara Kerja
1)
Ukur
diameter pupil pada keadaan normal praktikan, dengan meletakkan penggaris
dibawah salah satu matanya
2)
Praktikan
di minta melihat benda-benda yang jauh letakknya ukur diameter pupilnya.
3) Praktikan diminta melihat benda-benda yang dekat letaknya, ukur
diameter pupilnya
4)
Ulangi
percobaan pada praktikan yang lain dan bandingkan hasilnya.
D.
Hasil dan Pembahasan
1.
Hasil Pengamatan
1.1 Kelompok 1
i. Pengecap
No.
|
Rasa
|
Ujung
|
Tepi
|
Pangkal
|
1
|
Manis
|
8
|
9
|
5
|
2
|
Asin
|
9
|
10
|
7
|
3
|
Pahit
|
6
|
6
|
10
|
4
|
Gurih
|
9
|
7
|
7
|
5
|
Asam
|
11
|
12
|
11
|
i.
Pembau
No.
|
Nama Bahan
|
Posisi
|
OFT (s)
|
ORF (s)
|
1
|
Jahe
|
I: +++
II: ++
|
48,5
|
27,5
|
2
|
Kencur
|
I: +++
II:++
|
57
|
40,5
|
3
|
Bawang merah
|
I: +++
II: ++
|
51
|
22
|
4
|
Bawang putih
|
I: +++
II: ++
|
36,5
|
14
|
5
|
Minyak cengkeh
|
I: +++
II: ++
|
45,5
|
24
|
*I: posisi bahan yang sudah diiris
*II: posisi bahan yang belum diiris
1.2 Kelompok 2
i.
Hubungan Pengecap dan Pembau
Praktikan
|
Sekerat bahan
|
||||||
Apel
|
Bengkuang
|
kentang
|
|||||
Hidung
di
buka
|
Hidung
di
tutup
|
Hidung
di
buka
|
Hidung
di
tutup
|
Hidung
di buka
|
Hidung
di tutup
|
||
1
|
Mengecap
|
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
Membau
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
Rasa
|
Manis
(+++)
|
Kurang
manis
(++)
|
Kurang
manis
(++)
|
Sangat
Kurang
manis
(+)
|
tawar
|
tawar
|
|
2
|
Mengecap
|
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
Membau
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
Rasa
|
Manis
(+++)
|
Kurang
manis
(++)
|
Kurang
manis
(++)
|
Sangat
Kurang
manis
(+)
|
Sangat
kurang
manis
(+)
|
Sangat
kurang
manis
(+)
|
|
3
|
Mengecap
|
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
Membau
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
Rasa
|
Manis
(+++)
|
Kurang
manis
(++)
|
Kurang
manis
(++)
|
pahit
|
Hambar-
pahit
|
Pahit
|
|
4
|
Mengecap
|
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
Membau
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
Rasa
|
Manis
(+++)
|
Kurang
manis
(++)
|
Kurang
manis
(++)
|
Kurang
manis
(++)
|
tawar
|
tawar
|
Keterangan : ü= bisa mengecap, -- =tidak berbau, (+++)=
Manis, (++)=kurang manis, (+)= Sangat kurang manis
i.
Reseptor Panas Dingin
Reseptor Box
|
Praktikan
|
|||
I
Panas
|
II
Dingin
|
|||
Dorsal
|
Ventral
|
Dorsal
|
Ventral
|
|
1
|
+
|
+
|
+
|
+
|
2
|
+
|
+
|
+
|
+
|
3
|
+
|
+
|
+
|
+
|
4
|
+
|
+
|
+
|
+
|
5
|
+
|
-
|
+
|
+
|
6
|
+
|
-
|
+
|
-
|
7
|
+
|
-
|
+
|
+
|
8
|
+
|
-
|
+
|
+
|
9
|
+
|
-
|
+
|
+
|
10
|
+
|
-
|
+
|
+
|
11
|
+
|
-
|
-
|
+
|
12
|
+
|
+
|
+
|
+
|
13
|
+
|
-
|
-
|
+
|
14
|
+
|
+
|
+
|
+
|
Hasil
|
14/14
|
6/14
|
12/14
|
13/14
|
2)
Keterangan, (+)= merasakan, (-) =
tidak merasakan
3)
NB: praktikan I untuk perlakuan air
panas (hangat) dan praktikan II untuk perlakuan air dingin.
1.3 Kelompok 3
i.
Pengaruh Dingin Terhadap Rasa
Sakit
nama
|
Lengan bawah
|
Lengan bawah
dorsal
|
Telapak
tangan ventral
|
Telapak
tangan dorsal
|
Ujung jari
tangan kiri
|
Ujung jari
tangan kanan
|
dahi
|
pipi
|
tengkuk
|
bibir
|
A (cwe)
|
10 mm
|
25 mm
|
1 mm
|
15 mm
|
1 mm
|
1 mm
|
10 mm
|
25 mm
|
25 mm
|
1 mm
|
B(cwe )
|
20 mm
|
10 mm
|
1 mm
|
10 mm
|
1 mm
|
1 mm
|
20 mm
|
30 mm
|
30 mm
|
1 mm
|
C
|
20 mm
|
20 mm
|
5 mm
|
25 mm
|
10 mm
|
5 mm
|
5 mm
|
20 mm
|
21 mm
|
5 mm
|
Rata- rata
cwe
|
15 mm
|
17,5 mm
|
1 mm
|
12 mm
|
1 mm
|
1 mm
|
15 mm
|
1 mm
|
27,5 mm
|
1 mm
|
ii.
Kepekaan Sentuhan
Nama
|
Sebelum
dikasih es
|
Sesudah
dikasih es
|
||
sakit
|
biasa
|
sakit
|
Biasa
|
|
A (cow)
|
10,85 s
|
22,11 s
|
11,36 s
|
17,58 s
|
B (cew)
|
6,82 s
|
9,11 s
|
13,91 s
|
11,66 s
|
C (cew)
|
7,01 s
|
5,99 s
|
14,61 s
|
4,59 s
|
1.4 Kelompok 4
1.
Bintik
buta
No
|
Praktikan
|
Jarak (cm)
|
Koin yang hilang
|
1
|
Praktikan 1
|
73
|
Koin ke-4
|
2
|
Praktikan 2
|
104
|
Koin ke-4
|
3
|
Praktikan 3
|
149,5
|
Koin ke-2
|
2.
Refleks
pupil terhadap intensitas cahaya
a.
Tempat
gelap
Praktikan 1
Ø Diameter pupil mata normal: 0,3 cm
Ø Diameter pupil mata setelah dipejamkan: 0,5cm ; waktu: 5 detik
Ø Diameter pupil mata setelah disinari : 0,4 cm ; waktu : 6 detik
Praktikan 2
Ø Diameter pupil mata normal : 0,4 cm
Ø Diameter pupil mata setelah dipejamkan : 0,4 cm ; waktu : 11 detik
Ø Diameter pupil mata setelah disinari : 0,5 cm ; waktu : 5 detik
b.
Tempat
terang
Praktikan 1
Ø Diameter pupil mata normal : 0,4 cm
Ø Diameter pupil mata setelah dipejamkan : 0,5 cm ; waktu : 11 detik
Ø Diameter pupil mata setelah disinari : 0,3 cm ; waktu : 7 detik
Praktikan 2
Ø Diameter pupil mata normal :
0,5 cm
Ø Diameter pupil mata setelah dipejamkan: 0,4 cm ; waktu : 7 detik
Ø Diameter pupil mata setelah disinari: 0,3 cm ; waktu : 6 detik
3.
Refleks
pupil terhadap akomodasi mata
a.
Praktikan
1
Ø Diameter pupil mata normal : 0.5 cm
Ø Diameter pupil mata melihat benda jarak dekat : 0.4 cm; waktu 8
detik
Ø Diameter pupil mata melihat benda jarak jauh : 0,3 cm ; waktu 8
detik
b.
Praktikan
2
Ø Diameter pupil mata normal : 0,5 cm
Ø Diameter pupil mata melihat benda jarak dekat: 0,4 cm; waktu : 6
detik
Ø Diameter pupil mata melihat benda jarak jauh : 0.3 cm ; waktu: 10
detik
c.
Praktikan
3
Ø Diameter pupil mata normal : 0.4 cm
Ø Diameter pupil mata melihat benda jarak dekat : 0.3 cm ; waktu: 8
detik
Ø Diameter pupil mata melihat benda jarak jauh : 0.2 cm ; waktu: 6
detik
1.
Pembahasan
Pengecapan adalah sensasi yang
dirasakan oleh kuncup kecap, yaitu reseptor yang terutama terletak pada
lidah (terdapat kurang lebih 10.000 kuncup kecapa pada lidah manusia) dan dalam
jumlah yang lebih kecil pada polatum mole dan permukaan laringeal dari
epiglottis. Kuncup kecap terbenam dari epitel berlapis dari papilla
sirkumvalata, papilla foliota, papilla fungiformis. Bahan kimia masuk melalui
pori pengecap, yaitu lubang kecil menuju ke sel-sel reseptor. Kuncup kecap
terdiri atas sekurang-kurangnya 4 jenis sel, yang dapat dikenali dengan
mikroskop electron. Sel tipe 1 dan sel tipe 2 panjang dengan mikrovili pada
permukaannya. Walaupun fungsinya belom diketahui, mereka dapat membantu
aktivitas sel tipe 3. Sel tipe 3 juga merupakan sel tipe panjang dicirikan oleh
terdapatnya banyak vesikel yang menyerupai versikel sinaps. Tipe sel ke 4
adalah suatu sel basal pra-kembang yang mungkin merupakan precursor dari
sel-sel yang lebih spesifik dalam kuncup kecap. Tonjolan dendritik dari saraf
sensorik yang paling dekat dengan kumpulan vesikel sinaptik ini adalah dasar
untuk penempatan penerimaan pengecapan pada sel tipe 3 (Junqueira, 1995).
Dalam percobaan indra pengecap ini,
letak rasa pada lidah sebagian tidak sesuai dengan teori, karena disebabkan
oleh beberapa factor, antara lain kondisi tubuh yang kurang sehat (sakit)
sehingga biasanya semua rasa akan terasa pahit, dan sisa rasa makanan yang
sebelumnya masih tertinggal dilidah sehingga rasa bercampur dengan rasa makanan
sebelumnya. Cunkup rasa manis, asam, asin, gurih, pahit memang ada disemua
bagian lidah, tapiu intensitasnya banyaknya kuncup rasa berberda-beda. Dalam
percobaan ini cunkup rasa pada lidah praktikan yang paling banyak adalah kuncup
rasa, rasa asam.
Indra pembau berfungsi untuk menerima bau suatu zat terlarut dalam
udara atau air. Reseptor pembau terletak pada langit-langit rongga hidung, pada
bagian yang disebut epitelium olfaktori. Epitelium
olfaktori terdiri dari sel-sel reseptor dan sel-sel penyokong. Sel resptor
olfaktori berbentuk silindris dan mempunyai filamen-filamen seperti rambut pada
permukaan bebasnya. Akson sel olfaktorius berjalan menuju bulbus
olfaktorius pada sistem saraf pusat. Sel-sel olfaktorius didampingi
oleh sel-sel penunjang yang berupa sebaris sel-sel epitel silindris berlapis
banyak semu.
Dalam praktikum pembau ini,
menghitung berapakah watu yang dibutuhkan oleh praktikan untuk ketidak pekaan (kelelahan)
pembabau atau yang disebut dengan Olfactor Fatigue Times (OFT) dan waktu yang
dibutuhkan oleh praktikan untuk kesembuhan pembau atau yang disebut Olfactor
Recovery Times (ORT). Dengan sumber bau dari jahe, bawang putih, bawang merah,
kencur dan minyak cengkih.
Pembau dan pengecap saling bekerja sama, sebab rangsangan bau dari
makanan dalam rongga mulut dapat mencapai rongga hidung dan diterima oleh
reseptor olfaktori. Keadaan ini akan terganggu ketika kita sakit pilek, di mana
hubungan antara rongga hidung dan rongga mulut terganggu, sehingga uap makann
dari makanan di mulut tidak dapat mencapai rongga hidung dan makanan
seakan-akan kehilangan rasanya.
Dalam percobaan ini,
menggunakan buah apel, bengkoang dan kentang sebagai sumber bau rasa, dan
hasilnya praktikan tidak bisa membau jenis makanan tersebut, tapi bisa
merasakannya, hal ini mungkin dikarenakan sedang sakit dank arena buah yang
dipakai sebagai percobaan baunya kurang menyengat.
Di dalam bola mata, persisnya pada
bagian retina, yaitu bagian bola mata sebelah belakang, terdapat bintik buta
yang merupakan bagian dari retina yang tidak memiliki sel-sel penangkapcahaya
Sehingga cahaya yang kebetulan jatuh pada daerah bintik buta atau blind spot ini,tidak
akan menghasilkan gambar Bagian mata yang tidak menagndung sel reseptor
disebut bintik buta. Jika cahaya jatuh
pada bintik buta, maka tidak ada pesan yang akan dikirim ke otak. Untuk
mengetahui jarak bintik buta seseorang, serta menemukan letak proyeksi bintik
buta. Dilakukan percobaan danmenghasilkan bahwa bintik buta hamper sama antara
mata kiri dan mata kanan. Rumus nodaadalah jarak objek hilang ± jarak objek
munul kembali. Jarak normal bintik buta adalah, untuk benda kabur 40
cm dan untuk muncul kembali 28 cm, atau hasil dari keseluruhan lebih dari 14cm.
Refleks cahaya pada pupil adalah refleks yang
mengontrol diameter pupil, sebagai tanggapan terhadap intensitas (pencahayaan)
cahaya yang jatuh pada retina mata. Refleks pupil dapat dilihat dari mengecil dan
membesarnya pupil. Akomodasi adalah perubahan dalam lekukan lensa mata dalam
menanggapi satu perubahan dalam melihat jarak dan kemampuan berakomodasi
disebut tempo akomodasi.
Dalam percobaan ini dapat dilihat
bahwa semakin jauh jarak pandang maka pupil mata akan semakin kecil, hal ini
karena daya akomodasi mata diatur melalui syaraf parasimpatis, perangsangan
syaraf parasimpatis menimbulkan kontraksi otot siliaris yang selanjutnya akan
mengendurkan gligamen lensa dan meningkatkan daya bias. Dengan meningkatkan daya bias, mata mampu melihat objek lebih dekat
dibanding waktu daya biasnya rendah. Akibatnya dengan mendekatnya objek kearah
mata frekuensi impuls parasimpatis kedotsiliaris progresif ditingkatkan agar
objek tetap dilihat dengan jelas.
E.
Kesimpulan
Sistem sensori
berperan penting dalam hantaran informasi ke sistem saraf pusat mengenai
lingkungan sekitarnya. Pemeriksaan fisik pada sistem sensori ini sangat
kompleks karena harus melibatkan pemeriksaan pada kelima sistem indra tubuh
yaitu penglihatan, pendengaran, pengecap, pembau, dan peraba.
Gangguan pada sistem sensori disebabkan oleh
adanya lesi pada saraf yang mengatur sensori tubuh. Lesi-lesi tersebut dapat
menghambat hantaran impuls saraf. Pemeriksaan fisik sensori dapat dilakukan
pada berbagai usia dan dilakukan untuk dapat menentukan atau mengetahui apakan
pasien tersebut mengalami gangguan pada saraf sensorinya.
Benda yang bayangannya jatuh pada bintik buta suatu mata,
bayangannya tidak akan jatuh pada bintik buta mata sebelahnya. Orang tidak
memperoleh kesan penglihatan dari bayangan yang jatuh pada tempat yang tidak
mengandung sel batang dan sel kerucut.
DAFTAR PUSTAKA
Bevelander,
Gerrit & Judith A. Ramaley. 1988. Dasar-Dasar Histologi. Ed ke-8
Terjemahan Wisnu Gunarso. Erlangga. Jakarta.
Champbell. 2004. Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Jakarta :
Penerbit Erlangga
Dellmann,
Dieter & Esther M. Brown. 1992. Buku Teks Histologi Veteriner. Ed
ke-3. Terjemahan Hartono. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Subowo.
1992. Histologi
Umum. Bumi Aksara. Jakarta.Villee, Claude A., dkk. 1999. Zoologi Umum. Jilid I. Ed ke-6. Terjemahan Nawangsari sugiri.
Erlangga. Jakarta.
Wijaya, Jati. 2007. Aktif Biologi
2A. Jakarta : Penerbit Ganeca Exact
0 komentar hot :
Post a Comment