“REINKARNASI BUDAYA” | ViaViva-ku
Home » » “REINKARNASI BUDAYA”

“REINKARNASI BUDAYA”

Written By Unknown on Sunday, February 26, 2012 | 7:12:00 AM

Jogja 25022012

Pagi hari menjelang adzan shubuh itu, sembari menanti babak kedua pertandingan leg pertama Liga Champion antara Chelsea vs Napoli, seorang bapak-bapak berusia kurang lebih 40 tahunan (tak sempet kenalan) dengan sengaja nyeletuk obrolan saya dengan Mas Cok. Sentilan yang keluar dari hati beliau terasa merangsang saya untuk menulisnya. Menggugat kesadaran saya akan krisis identitas bangsa kita yaitu krisis budaya bangsa. “ Lawong kita itu tidak punya budaya kok Mas! Budaya kita itu hanya budaya terjajah...!!” sangah beliau sembari nyruput teh hangat setelah menghabiskan dua porsi INTEL yang telah dipesannya. Dengan nada pesimis namun sedikit harapan-harapan- umum dari masyarakat kita- bapak itu menyinggung tentang krisis moral dan mental bangsa kita. Budaya korupsi, pola konsumeristik dan gaya hidup hedonistik kita ini merupakan derivat daripada budaya terjajah. Budaya terjajah dari bangsa kita selama +- 2,5 abad oleh penjajahan bangsa asing.

Hal tersebut (ungkapan bapak tadi) ada sedikit benar dan banyak salahnya ataupun banyak benarnya sedikit salahnya, namun yang jelas “ Mboh-lah mbok, basing ae...!” ujar para apatis. Terlepas dari salah benarnya, kita sebagai pewaris bangsa ini seharusnya menyikapinya dengan bijak terlebih karena hal itu adalah kegundahan kebanyakan masyarakat kita.

Soekarno Sang Bapak Proklamator ternyata telah menyebut revolusi yang dilakukannya adalah sebuah revolusi kebudayaan. Revolusi dari budaya terjajah (budaya menjilat, malas bekerja, korupsi, dam bergantung pada negara lain – yang disebut Soekarno sebagai mental tempe -) menuju budaya merdeka. Revolusi itupun belum selesai tegas Beliau. Ternyata sejarah merupakan “mirror of self” dimana kita dapat menemukan identitas kita kembali, bertafakur dan merancang masa depan kita.

Sejarah bangsa ini telah mencatat bangsa kita adalah bangsa yang kaya raya (terlepas dari narsisme bangsa dan benar tidaknya sejarah, karna sejarah merupakan produk dari para pemenang). Nusantara gemah ripah loh jinawi. Kata “kaya raya” sebagai penyandang Nusantara yang telah dikenal luas oleh dunia tak akan mungkin lepas dari peradaban masyarakatnya yang maju. Dan budaya yang maju merupakan syarat mutlak bagi peradaban masyarakat maju pula. Karena jika menilai “kaya raya“ dari suburnya tanah dan melimpahnya sumber bahari saja, Nusantara kita tak akan mungkin terkenal oleh dunia sebagaimana yang tersebut dalam sejarah kita sekarang ini. Lantas, budaya yang seperti apa yang telah mengangkat nama nusantara kepercaturan dunia?? Bentuk budaya seperti apakah yang ada pada masa kejayaan Majapahit, dinasti Syailendra atau bahkan (jika benar) kebudayaan Antlantis kita???

Pada masa kerajaan (Hindu-Budha maupun Islam), Agama-lah yang telah membentuk kebudayaan. Justifikasi agama dalam membentuk strata masyarakat sangat berpengaruh. Caturwarna dalam masyarakat beserta perundang-undangnya. Agama (kecuali Islam) juga memberikan simbol pada raja. Raja adalah titisan tuhan. Hal ini berdampak positif pada kekuasaan yang dipegangnya sehingga rakyat tunduk pada raja. Sabda pandita ratu. Gejolak pada pemerintahannya muncul hanya pada kalangan atas, dampaknya tak terlalu muncul pada masyarakat. Gejolak masyarakat jika sang raja sebagai pengayom rakyat bertindak sewenang-wenang. Pada keadaan itu rakyat bisa pemimpin sangatlah penting sehingga kemakmuran dapat dicapai bersama. Karya seni satra, seni bangunan juga berkembang pesat. Kearifan budaya, watak lembut, pekerja keras sepi ing pamrih, kreatif dan kemandirian bangsa-pun terbentuk.

Sistem feodal pada masa kerajaan dengan sosok seorang raja yang kurang bijak menjadikan mudah bagi para penjajah untuk memecah belah dan menguasai bangsa kita. Budaya kolonial (penjajah) atau budaya terjajah menaungi bangsa ini selama lebih dari 2,5 abad bahkan menurut Soekarno (termasuk bapak tersebut tadi) berlangsung hingga saat ini.

Sebagai wacana kontekstual, sistem penjajahan baru (imperialisme modern) yang tengah berlangsung pada bangsa ini sekarang merupakan kelanjutan dari sistem kolonial masa penjajahan. Neoliberalism yang (sudah) menggerogoti sendi bangsa ini memerlukan penanggulangan yang kreatif dan sistematis dalam segala aspek dari setiap individu, dimulai dari penghargaan pada diri sendiri (mengembangkan self control –nya Sigmund Freud) dan pembentukan karakter (character bulding) bangsa dengan merujuk pada kearifan nilai-nilai luhur sejarah bangsa.

Bung Karno menyatakan bahwa bangsa besar ini dibangun oleh para pahlawan dengan mengorbankan harta jiwa raga dan tenaga. Dibangun dengan nilai-nilai luhur kebudayaan (seperti terlihat dalam sila-sila Pancasila). Bung Karni berkata “jika bangsa ini mau lepas dari masalah akut-nya maka kita sendiri harus berani me-reformasi budaya kita, me-reformasi hukum kita (menegakkan supremasi hukum)”. Rendra-pun senada dengan Bang Karni.

Apakah Budaya yang dimaksud mereka (Bung Karno, Bang Karni dan Rendra) adalah budaya terjajah??Tentu bukan. Temukan Budaya kita, Identitas bangsa kita!!!

Posted by: Shofie elek
Share this article :

0 komentar hot :



 
Support : imam shopyan | viaviva-ku | i'am shofie
Copyright © 2013. ViaViva-ku - All Rights Reserved
Modified by viaviva-ku.Com
Proudly powered by Blogger